Analisa Dinding Penahan Tanah Fleksibel; Analisa Penggalian Sekaligus vs Analisa Penggalian Bertahap Berkesinambungan

Penggalian basemen hampir selalu membutuhkan dinding penahan tanah fleksibel, karena terbatasnya lahan untuk melakukan galian miring. Berbeda dengan dinding penahan tanah gravity yang mendasarkan kekuatan untuk menahan tekanan tanah dengan berat sendirinya, dinding penahan tanah fleksibel mendasarkan kekuatannya pada kekakuan lentur (EI ); contohnya soldier piles, secant piles, steel sheetpiles, diaphragm walls, dsb.

Dalam pelaksanaan di lapangan, penggalian dan pemasangan support selalu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, tidak saja antara satu tahap dengan tahap berikutnya dalam kondisi ‘During Construction’, tetapi bahwa  kondisi ‘Final’ merupakan kelanjutan dari kondisi ‘During Construction’. Sebagai contoh ground slab dicor setelah semua temporary support terpasang dan galian telah mencapai level rencana. Berarti pengecoran ground slab ini dilakukan setelah deformasi dinding penahan tanah dalam kondisi ‘During Construction’ telah selesai, akibatnya pengecoran ground slab tidak menyebabkan timbulnya momen negatif di dinding pada level ground slab.

Mengingat  tekanan tanah pada dinding penahan tanah bergerak dari kondisi ‘Aktif’  ke kondisi ‘At Rest’ pada kondisi ‘Final’ dimana semua plat lantai basemen telah dicor, maka analisa ini harus menggunakan program komputer yang mampu merubah tekanan tanah sesuai dengan deformasi dan kekakuan dinding penahan tanah. Untuk pembahasan selanjutnya analisa ini penulis namakan “Analisa ‘Penggalian Bertahap Berkesinambungan”’. Analisa dinding penahan tanah fleksibel seharusnya mengikuti sedekat mungkin pelaksanaan di lapangan, sehingga analisa seharusnya memakai “Analisa ‘Penggalian Bertahap Berkesinambungan “.

Karena berbagai alasan, masih ada perencana yang melakukan analisa dinding penahan tanah fleksibel ini secara sekaligus, artinya, analisa dilakukan pada kondisi dimana galian telah mencapai level galian rencana, dan seluruh support telah terpasang. Kondisi ini sebenarnya tidak menggambarkan kondisi aktual pelaksanaan di lapangan, dan biasanya hanya ditemui pada contoh-contoh soal di text book atau di ruang kuliah.  Analisa dinding penahan tanah dengan menggunakan program aplikasi struktur umumnya mengadopsi cara analisa ini. Untuk pembahasan selanjutnya cara analisa ini penulis sebut “Analisa Penggalian Sekaligus”. Dua contoh proyek berikut ini menunjukkan perbedaan signifikan bentuk dan besaran bending moment, hasil “Analisa Penggalian Sekaligus”. dengan “Analisa Penggalian Bertahap Berkesinambungan”., yang selanjutnya berdampak pada perbedaan penulangan.

Proyek I

Proyek I terletak di kota Surabaya, dimana untuk pembuatan 2 lapis basemen, dengan jarak lantai yang lebih besar dari normalnya, akan dilakukan penggalian sedalam 8m. Sedalam 10m dibawah dasar galian tanah sangat lunak dengan nilai N-SPT < 1. Sebagai dinding penahan tanah digunakan D-Wall tebal 80 cm, dengan total panjang penetrasi 21 m. Pada proyek ini akan digunakan metoda Top-Down, dengan plat lantai Ground Floor (GF) dan lantai Lower Ground (LG) sebagai temporary support sampai penggalian mencapai level rencana.  Analisa dilakukan untuk Penggalian Sekaligus dan Penggalian Bertahap Berkesinambungan. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan yang diadopsi pada analisa D-Wall Penggalian Bertahap Berkesinambungan  adalah sbb:

Tahap 0 : Buat D-Wall;  Appy surcharge10 kPa pada sisi luar galian                                 Tahap 1 : Gali s/d ±0.5 m dibawah lantai GF                                                                         Tahap 2 : Cor lantai GF                                                                                                            Tahap 3 : Dewatering s/d kedalaman -6.0 m;  Gali s/d ±0.5 m dibawah lantai LG          Tahap 4 : Cor lantai LG                                                                                                              Tahap 5 : Dewatering s/d kedalaman -9.0 m;  Gali s/d COL (-8.0 m)                            Tahap 6 : Cor lantai B

BLOG PENGGALIAN SKALIGUS BERTAHAP_GBR 1

Hasil Analisa berupa plot diagram momen untuk kedua analisa tersebut diatas disajikan pada  Gbr-1 diatas, sedangkan  nilai momen maksimum positif dan negatif  bersama dengan koresponding tulangan, dirangkumkan pada Tabel-1 berikut. 

BLOG PENGGALIAN SKALIGUS BERTAHAP_TABEL-1

 

Proyek II

Proyek II terletak di Jakarta Pusat. Untuk pembuatan 3 lapis basemen, akan dilakukan penggalian tanah sedalam 13.25 m. Sebagai pengaman galian digunakan D-Wall tebal 80 cm yang disupport oleh 3 baris temporary ground anchor yang membentuk sudut 450 terhadap bidang horizontal. Total panjang penetrasi D-Wall adalah 22.50 m. Seperti pada Proyek I, analisa D-Wall dilakukan untuk Penggalian Sekaligus maupun Penggalian Bertahap Berkesinambungan.  Tahapan pelaksanaan yang di adopsi pada Analisa Penggalian Bertahap Berkesinambungan adalah sbb:

Tahap 0   : Buat D-Wall;  Apply surcharge 10 kPa pada sisi luar galian                               Tahap 1    : Dewatering s/d Elev. -5.75 m;  Gali s/d ±0.5 m dibawah anchor baris 1     Tahap 2    : Pasang anchor baris 1                                                                                          Tahap 3   : Dewatering s/d Elev. -11.25 m; Gali s/d ±0.5 m dibawah anchor baris 2    Tahap 4   : Pasang anchor baris 2                                                                                          Tahap 5   : Dewatering s/d Elev -13.25 m;  Gali s/d ±0.5 m dibawah anchor baris 3    Tahap 6   : Pasang anchor baris 3                                                                                          Tahap 7   : Dewatering s/d Elev. -16.5 m;  Gali s/d Cut Off Level (Elev. -15.5 m)        Tahap 8   : Cor lantai B3; Cor lantai B2; Release ground anchor baris 3                          Tahap 9   : Cor lantai B1; Release ground anchor baris 2                                                   Tahap 10 : Cor lantai SLG; Release ground anchor baris 1

BLOG PENGGALIAN SKALIGUS BERTAHAP_GBR 2

Hasil analisa berupa diagram momen disajikan pada Gbr-2 diatas, sedangkan nilai momen maksimum positif dan negatif dirangkumkan pada Tabel-2 dibawah, bersama dengan kebutuhan tulangan.

BLOG PENGGALIAN SKALIGUS BERTAHAP_TABEL-2

Rangkuman Perbandingan Hasil Analisa Penggalian Sekaligus dan Penggalian Bertahap Berkesinambungan

Hasil analisa 2 buah proyek baik yang di Surabaya maupun di Jakarta menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu :

1.)  Hasil Analisa Penggalian Sekaligus memberikan momen negatif pada  level lantai-                lantai basemen, dimana sebetulnya hal ini tidak benar.

2.)  Hasil Analisa Penggalian Bertahap Berkesinambungan menyebabkan diagram momen        bergeser kearah sisi positif. Ini menyebabkan mengecilnya atau menghilangnya                    momen negatif pada level lantai-lantai basemen diatas ground slab, yang ditemui pada        hasil Analisa Penggalian Sekaligus.

3.)  Momen negatif di level ground slab hilang. Ini disebabkan karena deformasi dinding              dengan temporary support telah selesai pada saat pengecoran ground slab; akibatnya          ground slab praktis tidak lagi menahan deformasi dinding.

4.)  Momen maksimum terjadi sekitar level dasar galian atau dibawahnya, tergantung pada        kekerasan tanah disekitar dasar galian.

Penutup

Analisa harus dilakukan dengan mengikuti sedekat mungkin tahapan pelaksanaan. Berarti analisa dinding penahan tanah harus dilakukan secara Bertahap Berkesinambungan. Kedua proyek menunjukkan bahwa Analisa Penggalian Sekaligus memberikan bentuk diagram momen yang jauh berbeda dari Analisa Penggalian Bertahap Berkesinambungan. Pada akhirnya ini dapat membahayakan dinding penahan tanah secara struktural karena kurangnya tulangan.

Sebagai tambahan, Proyek I juga memberikan pelajaran bahwa metoda konstruksi Top-down tidak menolong untuk proyek dengan tanah lunak yang tebal disekitar dasar galian. Artinya panjang penetrasi D-Wall tidak bisa dikurangi dan momen di sekitar galian tetap besar. Salah satu cara adalah dengan memperbaiki  tanah dibawah dasar galian setebal 1 – 2 m. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan melakukan penggalian dan pengecoran ground slab  secara intermitten.

-ooOOoo-

About irawan firmansyah

Civil Engineer majoring in Geotechnical Engineering
This entry was posted in Anything About Geotechics and tagged . Bookmark the permalink.

6 Responses to Analisa Dinding Penahan Tanah Fleksibel; Analisa Penggalian Sekaligus vs Analisa Penggalian Bertahap Berkesinambungan

  1. afif kusdianto says:

    Ass. Bagaimana dengan menurunkan muka air tanah terlebih dahulu sebelum penggalian sekaligus dilaksanakan. wassalam

    • Mas Afif,
      Penurunan muka air tanah selalu dilakukan sebelum penggalian sehingga muka
      air tanah yg baru terletak dibawah level galian tahap tersebut.
      Jika dewatering dilakukan sekaligus sampai dibawah rencana dasar galian
      terakhir, padahal support pada dinding belum dipasang seluruhnya, maka yg
      terjadi adalah tekanan air pada dinding bertambah besar karena beda tinggi
      air tanah yg besar antara diluar galian dan didalam galian. Semua yg
      dibicarakan diatas adalah dewatering didalam daerah galian.

      Dewatering diluar daerah galian tidak diperbolehkan oleh authority karena
      akan mengganggu lingkungan. Jalan2 disekeliling galian akan turun, rumah2
      termasuk ruko2 yg terpengaruh oleh penurunan muka air tanah juga kan retak2,
      bahkan akan miring.

      Tapi sebenarnya yg saya kemukakan dalam tulisan Analisa Dinding Penahan
      Tanah Fleksibel …………………. adalah kealahan asumsi dalam anailsa
      yg membawa konsekwensi kesalahan gaya2 dalam. Jika muka air tanah pada kedua
      kondisi analisa sama, hasilnya tetap tdk berbeda dengan tulisan saya ini.

      Salam
      IF

  2. A. Chandra says:

    Sekarang corat-coret disini Pak. Menarik sekali setiap tulisan bapak untuk lebih dipahami! 🙂

    Untuk tanah pada proyek I, terlihat bahwa lapisan sebagai berikut : N=2 , N=7, N=1. Sedangkan bapak (prediksi saya) menggunakan Frew yang mana tanah selalu dimodelkan ber gradient parameternya. Meskipun kita input tanah perlayer (dengan gradient = 0), Frew tetap akan membuat best-fit gradient nya. Bukan begitu Pak?

    Dengan demikian gradient yang terbentuk bisa saja mengikuti pola tanah terjelek kan Pak? Maka moment yang timbul lebih besar dari semestinya?
    Mohon pencerahan Pak. 🙂

    Terima kasih,

    • Alan,
      1. Hanya utk parameter tanah E, FREW meminta Linear Profile w/ depth. Jadi kalau kita masukkan nilai E utk masing2 lapisan tanah, maka bentuk profil E thd kedalaman yg semula berbentuk Stepped Profile, oleh FREW akan dirubah menjadi ” Best Fit Linear Profile”. Karena Best Fit, jadi bukan yg terjelek tetapi mencoba sedekat mungkin dengan stepped profile aslinya.
      Hal ini karena Flexibility Matrix yg ada didalam FREW hanya bisa mengolah data E seperti itu.
      2. Utk parameter2 tanah lainnya tdk ada persyaratan itu.
      3. Mungkin benar bahwa FREW agak sedikit konservatif, tetapi FREW memang di developped utk pekerjaan design. Penyajian diagram defleksi dan gaya2 dalam dalam satu grafik sangat membantu utk memprediksi apakah wall akan aman, tdk terjadi progressive failure. Selain itu penyajian Envelope Diagram utk bending moment dan shear, sangat membantu.
      Mungkin sebagian geotech engineer tdk mengerti apa itu envelope diagram dan apa gunanya.

  3. arif says:

    terimahkasih atas artikelnya..Mohon maaf pak mau nanya, kalau kita mau desain sheetpile tapi yang ada hanya data Bor sementara data lab tidak ada. Bagaimana caranya mengkorelasikan Nilai parameter tanah undrained dan terutama drained..thanks pak

    • Undrained strength dpt dari korelasi dgn N SPT atau tahanan konus sondir. Phi ‘ didapat dari nilai plasticity index (harus ada test index properties). Nilai C’ diperkirakan dari nilai Cu nya.

Leave a comment